MENGENANG TRAGEDI SEMANGGI
"Malam 1000 Lilin" dan "Malam Keprihatinan
Mahasiswa"
Dalam satu minggu, baik Komite Mahasiswa maupun Senat Mahasiswa Unpar,
masing-masing membuat acara tanda duka akan Tragedi Semanggi.
"Malam 1000 Lilin", 16 November 1998.
Senin (16/11) malam, suasana di Plaza GSG Unpar serasa berbeda dari
biasanya. Lilin-lilin yang menyala dengan ditata sedemikian rupa memenuhi
setiap ruang di Plaza GSG. Apalagi ditambah sentuhan manis karangan bunga dan
tempat doa.
Malam itu, Komite Mahasiswa Unpar mengadakan acara "Malam 1000
Lilin". Acara ini diadakan untuk mengungkapkan rasa duka atas kejadian di
Jakarta tanggal 12-13 November 1998, atau yang lebih dikenal dengan Tragedi
Semanggi. Acara dimulai pukul 20.00 WIB, dengan iringan sebuah lagu dari Paduan
Suara Mahasiswa (PSM) Unpar, sekaligus hujan yang mulai turun rintik-rintik.
"Ya Tuhan…berhenti dong hujannya..!" ujar seorang mahasiswa ,
yang sepertinya termasuk salah satu pihak penyelenggara. "Biar saja, ini
malah doa gue kok, berarti alam juga ikut berduka," sahut temannya.
Setelah itu, mahasiswa yang hadir, secara spontan mengucapkan doa atau
mengungkapkan apa saja yang dirasakan.
Hujan rintik-rintik tetap turun. Mungkin itu sebabnya mahasiswa yang
datang, tidak lebih dari 70 orang. Bapak Zulfiki Lubis, terlihat sebagai
satu-satunya dosen yang hadir malam itu. Acara yang baru disiapkan pagi
harinya, seperti kata Yudha dari pihak penyelenggara, ternyata mampu memadukan
suasana hati mahasiswa yang hadir. Terlihat mata beberapa mahasiswa
berkaca-kaca, bahkan ada pula yang menangis ketika doa mulai diucapkan.
Suasana tersebut jarang terjadi di Unpar, kampus yang megah. Sangat
disayangkan, yang hadir hanya sedikit.
"Malam Keprihatinan Mahasiswa" 21 November 1998
Bertempat di Plaza GSG UNPAR, acara "Malam Keprihatinan
Mahasiswa" ini rencananya dimulai pk.19.00 wib. Namun acara molor dan baru
mulai pk.20.00 wib. Plaza GSG terlihat agak basah karena guyuran hujan pada
sore hari. Tetapi hal itu tidak terlalu mengganggu jalannya acara yang
diselenggarakan oleh Senat Mahasiswa (Sema) Unpar untuk mengenang tragedi
Semanggi dan para korban tindak kekerasan aparat selama SI MPR, pada Sabtu
(21/11).
Musisi Harry Rusli yang seharusnya hadir pada acara tersebut ternyata
tidak jadi tampil. Acara berlangsung dengan hanya ditonton sekitar seratus
orang. Tampaknya publikasi dari pihak panitia masih kurang gencar. Terbukti,
beberapa orang yang lewat di Plaza GSG sempat bertanya, "Ada acara apa
sih?" Sementara itu, kursi yang disediakan bagi Rektor dan tamu undangan
juga terlihat kosong.
Ruai selaku panitia pelaksana mengatakan ,"Persiapan acara
tersebut sangat mendadak." Malah sore hari sebelum acara dimulai, ia
sempat kebingungan mencari orang untuk membacakan Doa Keprihatinan Mahasiswa.
Acara dimulai dengan permainan musik kemudian dilanjutkan dengan sebuah
sajian dari Teater Puncta Fakultas Filsafat (FF) Unpar yang menggambarkan
tindak kekerasan dari aparat kepada mahasiswa. Setelah itu ketua Sema Unpar,
Wenyx Wangge memberi pidato pembukaan singkat.
Tampilan dari PSM Unpar, pertunjukan dari teater Payung Hitam STSI,
pembacaan puisi oleh Benny Yohanes (dosen STSI dan FF Unpar) dan penayangan
slide demonstrasi mahasiswa, mengisi acara tersebut selanjutnya. Sedangkan
band-band yang ikut mengisi acara adalah Staney & Wahyudi, Prihatin Blues
Band ,Wind Blow dan Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ).
Doa Keprihatinan Mahasiswa yang mewakili lima agama menuntaskan Malam
Keprihatinan Mahasiswa, yang entah benar-benar menimbulkan "rasa prihatin"
atau tidak.
(Shita,Samuel/mvsp,sjk) IndoProtest - http://members.tripod.com/~indoprotest
0 komentar:
Posting Komentar