Romantisme
KOPI
Ada romantisme menikmati kopi di pinggir jalan kota
ini, yang asli Jogja dan tradisional diperoleh di angkringan dan yang berbau
urban lifestyle yang modern dan berasa global ada di coffe shop rumah rumah
kopi yang mulai marak muncul di Jogja. Sama-sama menawarkan kopi yang dengan
cita rasa masing-masing di sore hari. Kopi menjadi teman menikmati kesendirian
pada sore hari yang ramai di kota ini atau menikmati keakraban bersama di
keredupan suasana senja. Budaya kopi adalah budaya sore, begitu kata salah
seorang sahabat yang kerap melewatkan waktu santainya di sore hari dengan
secangkir kopi, mungkin anda juga salah satunya. Kenikmatan kopi terletak pada
aromanya yang khas dan kandungan kafeinnya, aroma kopi yang khas sering
dianggap sebagai alasan hadirnya kesegaran setelah menikmati kopi, walaupun
sebenarnya kandungan kafein-nyalah yang secara alami menstimulasi susunan saraf
pusat dan menyebabkan meningkatnya kecepatan aliran darah yang menunjang
aktifitas lanjutan , sehingga kopi seharusnya justru dinikmati dipagi hari
bukan sore hari. Namun tidak ada salahnya jika kita ingin tetap bersemangat di
sore hari, nikmatilah kopi dan nikmatilah sore anda.
Menikmati kopi memang bukan budaya semua orang, ada
yang suka, ada yang kurang suka atau bahkan tidak suka, ada yang suka tapi
tidak boleh, dan ada juga yang sudah addicted, untuk anda yang masih dalam
tahap suka, berhitunglah dalam menikmati kopi, karena bila berlebihan kopi
mungkin hanya akan menjadi nostalgia bagi anda. Nikmatilah kopi sewajarnya.
Cara penyajian kopi pun kini tak lagi melulu panas
atau hangat, tapi juga dingin. Kopi bisa dinikmati dalam sajian yang
berbeda-beda. Juga tak melulu campuran kopi dan gula, tapi juga ditambahi
bahan/aroma lain untuk efek rasa yang berbeda. Tergantung rasa yang diinginkan
untuk menemani suasana yang ingin dihadirkan.
Kopi adalah penyegar pikiran. Goresan-goresan atau
coretan-coretan ide yang kaya makna seringkali hadir dalam setiap tegukan kopi,
hal inilah yang menyebabkan kopi dapat dinikmati berbagai kalangan, orang akan
merasa betah berlama-lama menikmati kopi sambil larut dalam pekerjaannya. Tidak
hanya diwaktu santai, disaat-saat sibuk pun kopi dapat menjaga pikiran agar
tetap segar, ini mungkin salah satu kelebihan kopi atau barangkali malah
keburukannya. Yang pasti kopi seringkali menjadi pelepas kesuntukan atau sarana
untuk me-refresh pikiran dan penat kerja, terutama bagi anda yang membutuhkan
energi tambahan saat bekerja dimalam hari.
Romantisme budaya kopi, yang sejak dulu hingga kini
memiliki tempat khusus bagi masyarakat kota, adalah segala keistimewaan
secangkir minuman sederhana, yang dapat selalu mencipta satu waktu berharga
lewat tuangan suasana cair dan segar bersama kekhasan harumnya. Menikmati kopi
dalam suasana kota merupakan pilihan sekaligus gaya hidup, penikmat kopi
biasanya selalu memilih tempat favoritnya untuk urusan yang satu ini.
Memilih coffe shop atau angkringan sebagai jalan
menikmati kopi di kota ini adalah sebuah pilihan, semua tergantung suasana hati
setiap orang walau urusan kopi adalah juga urusan gengsi, namun kota Jogja
mensejajarkan romantisme keduanya dalam kekhasan masing-masing, terserah selera
kita, mau menikmati suasana keakraban yang benar-benar lokal dari angkringan,
yang glocal dan tetap saja berasa lokal di coffe shop ,karena tak jarang
kafe-kafe di Jogja juga menghadirkan suasana khas Jogja dalam racikan
kontemporer, atau yang bertema luar sama sekali. Rumah – rumah kopi dan
angkringan ini dapat dengan mudah kita temui di sepanjang jalan-jalan kota di
Jogja ‘berdampingan’ dengan mesra menawarkan pilihan suasana yang berbeda,
seperti di jalan Solo, jalan Gejayan, jalan Magelang, jalan Parangtritis, jalan
Selokan Mataram, atau di beberapa area seperti di Kotabaru, Seturan, Babarsari,
selain di mal-mal dan hotel-hotel tentunya.
Racikan kopi yang dipilih juga dapat menjadi
gambaran suasana hati penikmatnya, selain alasan ‘ini kopi favoritku’ dan
sebagainya. Pilihan yang beragam dari racikan secangkir kopi : Espresso,
Cappucino, Frappucinno, Doppio/Double shot, Freddo/Iced coffee, Marocchino,
Hag, Latte, Americano, Macchiato, atau Granita di caffe con panna atau kopi
tubruk, kopi jahe, kopi susu, kopi joss, adalah ragam pilihan rasa yang dapat
menghadirkan suasana berbeda.
Tinggal kita saja, mau memilih yang mana cappucino
atau kopi jahe yang cocok untuk menemani sore kita di dalam kota yang selalu
bergerak ini. (zlf)
Fakta bercerita kepada kita:
Kopi muncul pertama kali di daratan Afrika. Hingga
abad ke-10, orang Ethiopia terbiasa mencampur kopi dengan lemak hewan kemudian
mencetaknya dalam bentuk bola-bola kecil untuk dimakan selama melakukan
perjalanan jauh. Pada abad ke-13, khasiat yang terkandung di dalam kopi mulai
diteliti dan dimanfaatkan oleh sebagian biarawan Gereja untuk membantu
ibadahnya tanpa terganggu kantuk. Sejak saat itu, muncul warung-warung kopi
sebagai tempat pertemuan yang banyak disukai orang.
Warung kopi yang dibuka di Inggris pada tahun 1637
merupakan yang pertama di benua Eropa. Dalam kurun waktu 30 tahun, warung kopi
berubah menjadi tempat interaksi sosial masyarakat dari berbagai kalangan
termasuk politikus.
Negara kita merupakan salah satu penyumbang terbesar
komoditi kopi di dunia. Jenis kopi yang paling banyak diperdagangkan di dunia
adalah kopi Arabika yang diproduksi sebanyak 75% dan sisanya adalah kopi
Robusta. Indonesia menyumbang 10% dari total produksi kopi Arabika dan 90% dari
total produksi kopi Robusta.
foto
Cangkir oleh Anggara Pramudita
0 komentar:
Posting Komentar