Sabtu, 29 Oktober 2011

Prasasti Selendang

Romantisme KOPI

Ada romantisme menikmati kopi di pinggir jalan kota ini, yang asli Jogja dan tradisional diperoleh di angkringan dan yang berbau urban lifestyle yang modern dan berasa global ada di coffe shop rumah rumah kopi yang mulai marak muncul di Jogja. Sama-sama menawarkan kopi yang dengan cita rasa masing-masing di sore hari. Kopi menjadi teman menikmati kesendirian pada sore hari yang ramai di kota ini atau menikmati keakraban bersama di keredupan suasana senja. Budaya kopi adalah budaya sore, begitu kata salah seorang sahabat yang kerap melewatkan waktu santainya di sore hari dengan secangkir kopi, mungkin anda juga salah satunya. Kenikmatan kopi terletak pada aromanya yang khas dan kandungan kafeinnya, aroma kopi yang khas sering dianggap sebagai alasan hadirnya kesegaran setelah menikmati kopi, walaupun sebenarnya kandungan kafein-nyalah yang secara alami menstimulasi susunan saraf pusat dan menyebabkan meningkatnya kecepatan aliran darah yang menunjang aktifitas lanjutan , sehingga kopi seharusnya justru dinikmati dipagi hari bukan sore hari. Namun tidak ada salahnya jika kita ingin tetap bersemangat di sore hari, nikmatilah kopi dan nikmatilah sore anda.

Menikmati kopi memang bukan budaya semua orang, ada yang suka, ada yang kurang suka atau bahkan tidak suka, ada yang suka tapi tidak boleh, dan ada juga yang sudah addicted, untuk anda yang masih dalam tahap suka, berhitunglah dalam menikmati kopi, karena bila berlebihan kopi mungkin hanya akan menjadi nostalgia bagi anda. Nikmatilah kopi sewajarnya.
Cara penyajian kopi pun kini tak lagi melulu panas atau hangat, tapi juga dingin. Kopi bisa dinikmati dalam sajian yang berbeda-beda. Juga tak melulu campuran kopi dan gula, tapi juga ditambahi bahan/aroma lain untuk efek rasa yang berbeda. Tergantung rasa yang diinginkan untuk menemani suasana yang ingin dihadirkan.

Kopi adalah penyegar pikiran. Goresan-goresan atau coretan-coretan ide yang kaya makna seringkali hadir dalam setiap tegukan kopi, hal inilah yang menyebabkan kopi dapat dinikmati berbagai kalangan, orang akan merasa betah berlama-lama menikmati kopi sambil larut dalam pekerjaannya. Tidak hanya diwaktu santai, disaat-saat sibuk pun kopi dapat menjaga pikiran agar tetap segar, ini mungkin salah satu kelebihan kopi atau barangkali malah keburukannya. Yang pasti kopi seringkali menjadi pelepas kesuntukan atau sarana untuk me-refresh pikiran dan penat kerja, terutama bagi anda yang membutuhkan energi tambahan saat bekerja dimalam hari.

Romantisme budaya kopi, yang sejak dulu hingga kini memiliki tempat khusus bagi masyarakat kota, adalah segala keistimewaan secangkir minuman sederhana, yang dapat selalu mencipta satu waktu berharga lewat tuangan suasana cair dan segar bersama kekhasan harumnya. Menikmati kopi dalam suasana kota merupakan pilihan sekaligus gaya hidup, penikmat kopi biasanya selalu memilih tempat favoritnya untuk urusan yang satu ini.

Memilih coffe shop atau angkringan sebagai jalan menikmati kopi di kota ini adalah sebuah pilihan, semua tergantung suasana hati setiap orang walau urusan kopi adalah juga urusan gengsi, namun kota Jogja mensejajarkan romantisme keduanya dalam kekhasan masing-masing, terserah selera kita, mau menikmati suasana keakraban yang benar-benar lokal dari angkringan, yang glocal dan tetap saja berasa lokal di coffe shop ,karena tak jarang kafe-kafe di Jogja juga menghadirkan suasana khas Jogja dalam racikan kontemporer, atau yang bertema luar sama sekali. Rumah – rumah kopi dan angkringan ini dapat dengan mudah kita temui di sepanjang jalan-jalan kota di Jogja ‘berdampingan’ dengan mesra menawarkan pilihan suasana yang berbeda, seperti di jalan Solo, jalan Gejayan, jalan Magelang, jalan Parangtritis, jalan Selokan Mataram, atau di beberapa area seperti di Kotabaru, Seturan, Babarsari, selain di mal-mal dan hotel-hotel tentunya.
Racikan kopi yang dipilih juga dapat menjadi gambaran suasana hati penikmatnya, selain alasan ‘ini kopi favoritku’ dan sebagainya. Pilihan yang beragam dari racikan secangkir kopi : Espresso, Cappucino, Frappucinno, Doppio/Double shot, Freddo/Iced coffee, Marocchino, Hag, Latte, Americano, Macchiato, atau Granita di caffe con panna atau kopi tubruk, kopi jahe, kopi susu, kopi joss, adalah ragam pilihan rasa yang dapat menghadirkan suasana berbeda.

Tinggal kita saja, mau memilih yang mana cappucino atau kopi jahe yang cocok untuk menemani sore kita di dalam kota yang selalu bergerak ini. (zlf)
Fakta bercerita kepada kita: 

Kopi muncul pertama kali di daratan Afrika. Hingga abad ke-10, orang Ethiopia terbiasa mencampur kopi dengan lemak hewan kemudian mencetaknya dalam bentuk bola-bola kecil untuk dimakan selama melakukan perjalanan jauh. Pada abad ke-13, khasiat yang terkandung di dalam kopi mulai diteliti dan dimanfaatkan oleh sebagian biarawan Gereja untuk membantu ibadahnya tanpa terganggu kantuk. Sejak saat itu, muncul warung-warung kopi sebagai tempat pertemuan yang banyak disukai orang.
Warung kopi yang dibuka di Inggris pada tahun 1637 merupakan yang pertama di benua Eropa. Dalam kurun waktu 30 tahun, warung kopi berubah menjadi tempat interaksi sosial masyarakat dari berbagai kalangan termasuk politikus.
Negara kita merupakan salah satu penyumbang terbesar komoditi kopi di dunia. Jenis kopi yang paling banyak diperdagangkan di dunia adalah kopi Arabika yang diproduksi sebanyak 75% dan sisanya adalah kopi Robusta. Indonesia menyumbang 10% dari total produksi kopi Arabika dan 90% dari total produksi kopi Robusta.

foto Cangkir oleh Anggara Pramudita



0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons