Rabu, 09 November 2011

CV Bapak PMII

H. MAHBUB DJUNAIDI

Nama : H. MAHBUB DJUNAIDI
Lahir : Jakarta, 27 Juli 1933
Agama : Islam

Pendidikan :
- SD, Solo (1948)
- SMP, Jakarta (1952)
- SMA Budi Utomo, Jakarta (1955)
- Fakultas Hukum UI, Jakarta (sampai tingkat II

Karir :
- Pemred SK Duta Masyarakat (1960-1970)
- Ketua Umum PWI Pusat (1965-1970)
- Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat (1973-1978)
- Kolumnis di berbagai surat kabar dan majalah, seperti Kompas, Tempo, Sinar Harapan

Kegiatan Lain :
- Anggota DPR GR/MPRS (1960-1971)
- Ketua Umum PMII (1960-1967)
- Ketua II PP Ansor (1964-1968)
- Wakil Sekjen PBNU (1970-1979)
- Ketua II PBNU (1979-1984)
- Wakil Ketua PBNU Tanfizidiyah (1984-sekarang)
- Ketua DPP PPP (sekarang)

Alamat Rumah :
Jalan Taman Karawitan 1, Kompleks Turangga, Bandung


Ia ingin menulis, dan akan terus menulis. Sampai kapan? ''Hingga tak lagi mampu menulis,'' ujarnya. Mungkin karena itu, ''Ketimbang disebut politikus, saya lebih senang disebut sastrawan.'' Lelaki ini mengawali kegiatan menulis dan berorganisasi sebagai redaktur majalah sekolah, Pemuda Masyarakat, sambil mengetuai Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI) ranting SMP II di Jakarta, 1952.
Sebelumnya, anak pertama dari 13 bersaudara ini tamat SD di Solo, Jawa Tengah. Waktu itu, pada awal Kemerdekaan, sekeluarga mengungsi. Di Solo, ia juga belajar di madrasah Mabaul Ulum. Salah seorang gurunya, Kiai Amir, ''Memperkenalkan saya kepada tulisan Mark Twain, Karl May, Sutan Takdir Alisjahbana, dan lain-lain. Masa itu sangat mempengaruhi perkembangan hidup saya,'' cerita Mahbub. Ayahnya, H. Djunaidi, almarhum, adalah tokoh NU dan pernah jadi anggota DPR hasil Pemilu 1955.
Tatkala Belanda menduduki Solo, ia sekeluarga kembali ke Jakarta, 1948. Ketika ia menjadi siswa SMA Budi Utomo, ia mulai menulis sajak, cerpen, dan esei. Karyanya sering dimuat majalah Siasat, Mimbar Indonesia, Kisah, Roman dan Star Weekly. Ia pun merintis karier di NU, masuk Ikatan Pelajar NU (IPNU). Ketika kuliah di Fakultas Hukum UI, ia pernah jadi pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Tetapi kemudian pindah, dan jadi Ketua II GP Ansor, dan Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), 1960. Kuliahnya terhenti hanya sampai tingkat II.Kegiatannya dalam organisasi mengantarkan Mahbub ke jabatan pemimpin harian Duta Masyarakat (1958), dan Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 1965, kemudian Ketua Dewan Kehormatan PWI, sejak 1979. Terakhir, di samping sebagai Wakil Ketua PB NU, ia juga duduk di DPP PPP, sampai sekarang.
Sebagai kolumnis, tulisannya kerap dimuat harian Kompas, Sinar Harapan, Pikiran Rakyat, Pelita, dan TEMPO. Kritik sosial yang tajam tanpa kehilangan humor adalah ciri khas tulisan Mahbub. Akibat tulisannya, ia pernah ditahan setahun, 1978. Dasar penulis, selama dalam tahanan, ia menerjemahkan Road to Ramadhan, karya Heikal, dan menulis novel Maka Lakulah Sebuah Hotel. Sebelumnya, novel rekaman masa kecilnya di Solo, Dari Hari ke Hari, diterbitkan Pustaka Jaya, 1975.
Mahbub, yang jika sedang berpikir sering mengusap-usap rambut, mengagumi pengarang Rusia Anton Chekov dan Nikolai Gogol. Di Indonesia yang dikaguminya, Buya Hamka dan Pramudya Ananta Toer. Meski sering berkunjung ke luar negeri, pengalaman yang menarik baginya, ''bergaul dengan Bung Karno, presiden pertama RI,'' kata ayah tujuh anak, yang sudah dua kali naik haji ini.
Kini, Mahbub tinggal di Bandung, bersama istrinya. Jika senggang, ia tetap berolah raga: silat dan menembak.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons