Rabu, 09 November 2011

Ultah Bapak PMII Ke-78, Ciputat

Jumat, 12 Agustus 2011
“Mahbub Djunaidi?”
Oleh Abdullah Alawi

27 Juli lalu, sekelompok mahasiswa di Ciputat merayakan ulang tahun ke-78 sang pendekar pena, Mahbub Djunadi. Profesor Chotibul Umam, sebagai sahabat Mahbub di PB PMII dan harian Duta Masyarakat meniup lilin dan memotong kue ulang tahun.
Pak Chotib yang sudah renta mau menghadiri acara ini meski dihubungi beberapa jam yang lalu. Kehadirannya sebagai bentuk kecintaannya kepada sahabat, sebagaimana ia mencintai Zamroni yang telah gugur.
Agak kesusahan ia mematikan lilin yang tertanam di atas kue tar yang bertuliskan Mahbub Djunaidi 1933-2011.
Tepuk tangan gegap-gempita dan rasa haru memenuhi aula asrama putri PMII Ciputat. Di deretan belakang, seseorang celingukan dan keheranan. Kedua belah telapaknya beradu, tapi nyaris tak bersuara. Ia berbisik kepada kawan di sampingnya.
“Eh, yang mana sih Mahbub Djunaidi itu?”
“Yang lagi tiup lilin itu kali.”
“Bukan! itu kan pak Chotib.”
“Barangkali belum datang.”
“Sebagai kejutan?”
“Barangkali demikian.”
Keduanya terdiam terfokus pada diskusi yang dimulai dengan testimoni pak Chotib. Ia bilang,
“Pak Mahbub itu, kalau menulis, sekali jadi. Kalau ketahuan ada wartawan membuang tulisannya, dia marah! Menulis itu harus matang sejak dalam pikiran.”
Diskusi berlanjut, Amsar Dulmanan bilang, Mahbub itu ibarat kiai yang mampu menyederhanakan segala masalah musykil jadi dipahami siapa pun. Ahmad Makki menggeledah Mahbub dari segi bahasa. Menurutnya, Mahbub pemberontak literer, mengabaikan EYD. Tapi dia mengimpasinya dengan kekayaan metafor-metafor genuin, dan sublim. Dan jang lupa, rasa humornya. Pada titik ini, Mahbub adalah penyihir kata.
Selama diskusi berjalan, di belakang, seseorang masih gelisah. Benaknya berkecamuk, diseruduk tanda tanya sebesar gajah. Mahbubnya mana?
Tak ada yang memberi penjelasan.
Akhirnya ia mencoba menjawabnya dengan tanda tanya pula: barangkali Mahbub adalah yang baca esai “Kretek” tadi? Atau yang berbaju hitam kotak-kotak bergaris putih? Atau yang motret? Atau yang membawa kue tar? Atau yang bertanya apa mimpi Mahbub tentang Indonesia? Atau yang tak bisa hadir, tapi ingin menyumbang sekadar gorengan? Atau yang menyumbang air mineral? Atau yang sedang rapat di Cililitan? Ah, barangkali dia sedang ngerjain skripsi di Condet?

Ciputat, 27 Juli 2011

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons